watchshowme.blogspot.comArsitek Yori Antar mengatakan banyak masyarakat yang memandang arsitektur Nusantara sebagai model bangunan kuno yang layak masuk museum. Namun, dengan adanya Sayembara Desain Arsitektur Nusantara 2016, bangunan Nusantara menjadi karya bernilai artistik dan tidak memiliki kesan bangunan tua.
Yori yang menjabat sebagai Ketua Dewan Juri dalam sayembara tersebut berharap karya para arsitek dalam memoles arsitektur Nusantara dimiliki oleh masyarakat lokal. “Bukan oleh investor real estate,” ujarnya. Hal itu pun dibenarkan anggota dewan juri lainnya, yakni Bambang Eryudhawan, Dharmali Kusumadi, Eko Alvares, Endy Subijono, Hari Sungkari, dan Herry Purnomo.
Yori menyebut, di Sumba ada resort Nihi Watu yang dinobatkan sebagai resort terbaik di dunia dan terkenal di dunia. Desainnya sangat lokal. Setali tiga uang dengan Wae Rebo yang berlokasi di atas perbukitan di Flores.
“Untuk mengunjungi arsitektur Nusantara ini harus berjalan kaki. Dulu setahun hanya dikunjungi 50 wisatawan, sekarang 30 ribu orang. Konsepnya adalah rumah adat asli arsitektur Nusantara,” kata Yori.
Pendiri Museum Rekor-Dunia Indonesia Jaya Suprana kagum dengan Sayembara Desain Homestay Nusantara. “Pernah dengarkah Anda ada sebuah sayembara desain arsitektur dengan peserta 728 desain dan karyanya bagus semua?” katanya.
Karena itu, dia memutuskan untuk mengganjar sayembara tersebut dengan Rekor MURI. "Ini masuk Museum Rekor-Dunia Indonesia. Kalau pun pernah ada di dunia, pasti tidak ada yang pakai nama arsitektur Nusantara,” tuturnya.
Sayembara Arsitektur Nusantara untuk homestay atau rumah wisata sudah diumumkan pemenangnya di Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Sapta Pesona, Kementerian Pariwisata, Jakarta, Selasa, 25 Oktober 2016.
Pemenang utama sayembara itu adalah Deni Wahyu Setiawan dari PT Realline Studio (Jabu Na Ture, Danau Toba); Gigih Nalendra dari Alvasara (Thin House, Tanjung Kelayang); Edwin Adinata (New Gateway to Adventure in the West Eage of Java, Tanjung Lesung); Aditya Wiratama dari PT Urbane Indonesia (Titik Temu, Kepulauan Seribu dan Gnomon Urip, Borobudur); Verena Rafaela dari PT Grahaciota (Dusun Guyub Bromo, Bromo Tengger); Wendi Isnandar dari Universitas Mercu Buana (Rumah Separo Mandalika); Rizki Bhaskara dari Blur Architec and Design Studio (Naung Kampung Papagaran, Labuan Bajo); Kalvin Widjaja dari PT Airmas Asri (Roma Boe, Wakatobi); Wijaya Suryanegara Yapeter dari PT Studio Tanpa Batas (Rumahku a Home to Stay, Morotai).
Adapun Menteri Arief Yahya setuju dengan pendapat Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf yang menyebut semangat para arsitek yang mengikuti lomba itu tidak semata-mata mengejar finansial, tapi juga mencari reputasi terbaik, menaikkan portofolio, meninggalkan jejak, serta membangun sejarah.
0 Response to "Arsitektur Nusantara Harus Dimiliki Masyarakat, Bukan Investor Real Estate "
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.